Malam ini kembali terjaga, akibat yang aku
hasilkan dari kelalaian ku sore tadi. ya tadi selepas solat maghrib aku
tertidur, tertidur cukup pulas. mungkin karena kondisi tubuhku yang saat ini
memang kurang begitu sehat yang membuatku cukup mudah untuk tertidur. jam
sembilan kurang 15 menit, aku terbangun, keluar kamar dan mendengar riuh tawa
dari isi rumah yang sedang menonton Opera Van Java, acara yang seolah mau tidak
mau ditonton bersama, dan aku lebih senang mereka menonton acara komedi ini
ketimbang menonton sinetron yang minim kualitas. kadang aku heran dan salut
kepada para pemain OVJ, setiap hari mereka tampil di depan TV, berusaha
menghibur pemirsa agar tak lari ke program lain. mereka tertawa, bercanda
menghibur pemirsa seolah dalam kehidupan sehari-hari mereka juga dipenuhi hal
yang sama. aku sih yakin mereka bukannya tak memiliki masalah dalam hidup,
hanya saja sikap profesionalitas kerja yang mereka miliki mampu mengelabui mata
penonton yang juga sebenarnya tak begitu peduli dengan perasaan hati sang pelawak.
Aku terbangun, dan teringat akan sebuah agenda
yang aku diundang untuk hadir ke sana. aku memang merencanakan untuk tidak
hadir ke agenda tersebut dikarenakan memamng kondisi tubuhku yang hari ini agak
sulit diajak kerjasama untuk berkegiatan normal. yang aku sesali adalah aku
belum memberikan kabar mengenai ketidak-hadiranku malam ini. sesaat setelah
mengingatnya, langsung kuraih ponsel, dan kukirim pesan singkat kepada sang
ketua bahwa malam ini aku berhalangan hadir pada pertemuan perdana malam ini.
ya, malam ini adalah pertemuan perdana kami sebagai satu keluarga baru. bagiku
ini adalah pengalaman pertama, karena hampr 6 tahun aku membatasi diri pada
aktivitas di kampus, dan kini saatnya aku mngabdikan diri untuk lingkungan
terdekatku. walau aku terbilang baru, namun tanpa ampun, mereka langsung
memberikan satu amanah yang cukup berat buatku. yah, aku tak bisa bilang tidak,
karena ini bukan untuk ditolak. aku terima dan aku coba tuk jalani peran baru
yang aku terima dalam sepenggal episode kehidupanku.
Tak lama setelah aku mengirim pesan singkat
kepada sang ketua, aku mereasakan perutku berteriak meminta haknya. aku memang
belum makan sejak tadi siang. tepatnya belum makan nasi dan kawanannya. aku
lihat ke lemari makanan dan kudapati tak ada makanan tersisa. bahkan sesuap
nasi pun tak ada, malangnya. namun kemalangan itu tak berlangsung lama, karena
sesaat kemudian muncul adikku membawa sebungkus kwetiau rebus yang dibelinya di
Depot Mie Surabaya. hmmm… ini salah satu kebiasaan yang aku sukai dari adikku,
setiap ia gajian selalu ia membelikan untukku menu favoritku ini.
Alhamdulillah, langsung saja kuambil mangkuk tuk mewadahi kwetiau super pedas
porsi besar ini dan kunikmati tiap lembar kwetiau yang masuk ke mulutku.
Lagi asik menikmati kwetiau kesukaanku ini,
ibuku keluar kamar untuk menggambil sebotol air, meminumnya tuk punahkan
dahaga. melihatnya, aku ke dapur dan mengambil sebuah garpu yang aku siapkan
untuknya. aku ajak ibuku tuk juga menikmati kwetiau lezat ini berdua. namun
sayang ibu sudah kenyang, jadi tak bisa lama menikmati makan malamku ini. ia
pun kembali memasuki kamar tidur setelah memastikan pintu dan jendela terkunci
dan kemudian berpesan agar aku tak begadang. sayangnya nasihatnya tak aku
jalani malam ini. maafin aku ya bu.
Selesai ku memenuhi hak tubuhku malam ini, walau
sebenarnya sudah banyak yang mengingatkanku untuk tidak makan berat pada malam
hari, namun apa daya lapar tak sanggup kutahan hee. kubuka laptop kesayanganku.
kumatikan televisi, kunyalakan mp3 dan memilih beberapa lagu favorit tuk
mendukung suasana hening malam ini sambil sesekali memantau lini masa di media
sosial, membalas beberapa pesan, mengomentari beberapa kicauan, dan membaca
beberapa artikel hingga kemudian aku memulai menuliskan tulisan ini. namun
belum bisa aku tampilkan apa yang telah aku tulis malam ini, bukan karena tak
percaya diri, namun karena khawatir tulisanku ini menimbulkan banyak persepsi
yang tak sejalan dengan maksud hati. mungkin suatu saat nanti jika telah tiba
masa yang tepat, aku bisa menampilkan tulisanku ini.
Sedang asyiknya mengetik, hape ku berbunyi.
datang pesan dari seorang kawan yang menanyakan tentang suatu hal. isi pesannya
adalah, “Aslm ka tau lima jenis makhluk yang berjalan d muka bumi. tp tak ada 1
makhluk tersebut yg dilahirkan dr kandungan? mohon jawabnya ka.” awalnya aku
kurang mengerti dengan pertanyaannya namun aku baru ingat kalau yang ia
tanyakan adalah sebuah pertanyaan yang pernah ditanyakan oleh tiga orang yahudi
kepada khalifah umar bin Khattab. aku sempat berpikir, anak ini bertanya
kepadaku karena benar-benar tidak tahu dan ingin bertanya atau sekedar ngetes.
tapi aku berhusnuzhon saja dan memang tak ada salahnya juga kujawab.
Aku menjawab bahwa kelima makhluk tersebut
adalah Nabi adam, Siti Hawa, unta Nabi Shaleh, Domba Nabi Ibrahim, dan tongkat
Nabi Musa yang kemudian menjelma menjadi ular. setelah mendapati jawaban
dariku, kawanku ini langsung berucap terima kasih sambil sedikit memujiku. nah
aku ingin sedikit mengutip kisah pertanyaan dari pendeta Yahudi tersebut kepada
Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. kisah ini memberikan hikmah kepada kita
betapa pentingnya untuk menjadi orang yang berilmu dan memiliki wawasan luas.
Ini merupakan salah satu kisah yang dituliskan
dalam kitab Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha ‘ilul Khamsah
Minas Shihahis Sittah. diceritakan pada saat Umar bin Khattab memangku
jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta
Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah, “Hai Khalifah Umar, anda adalah
pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak
menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi
jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang
benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat
memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan
seorang Nabi.
“Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian
inginkan,” sahut Khalifah Umar.
“Jelaskan kepada kami tentang induk kunci
(gembok) mengancing langit, apakah itu?” Tanya pendeta-pendeta itu, memulai
pertanyaan-pertanyaannya. “Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan
yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang
suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan
manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang
dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan
dari kandungan ibu atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan
oleh burung puyuh (gemak) disaat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh
ayam jantan dikala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda disaat
ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak diwaktu ia sedang
bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai disaat ia sedang meringkik? Apakah
yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?”
Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berpikir
sejenak, kemudian berkata, “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas
pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu
hal yang memalukan!”
Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti
itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan,
sambil berkata, “Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang
Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!”
Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera
bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: “Kalian tunggu
sebentar!”
Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi
Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama
Islam!”
Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: “Mengapa?”
Salman kemudian menceritakan apa yang sedang
dihadapi oleh Khalifah Umar bin Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju
ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup
punggung atau leher) peninggalan Rasulullah SAW. Ketika Umar melihat Ali bin
Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya,
sambil berkat,: “Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu
kupanggil!”
Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta
yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata, “Silahkan
kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasulullah SAW sudah
mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai
seribu macam cabang ilmu!”
Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi
pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata,
“Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti
sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam
Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!” “Ya baik!”
jawab mereka.
“Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Ali
bin Abi Thalib.
Mereka mulai bertanya, “Apakah induk kunci
(gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?”
“Induk kunci itu,” jawab Ali bin Abi Thalib,
“ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik laki-laki ataupun
wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai
kehadirat Allah!”
Para pendeta Yahudi bertanya lagi, “Anak kunci
apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?”
Ali bin Abi Thalib menjawab, “Anak kunci itu
ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
Rasulullah!”
Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara
mereka, sambil berkata, “Orang itu benar juga!” Mereka bertanya lebih lanjut,
“Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan
bersama penghuninya!”
“Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan
Nabi Yunus putera Matta,” jawab Ali bin Abi Thalib. “Nabi Yunus AS dibawa
keliling ketujuh samudera!”
Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi,
“Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada
bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!”
Ali bin Abi Thalib menjawab, “Makhluk itu ialah
semut Nabi Sulaiman AS putera Nabi Dawud AS, Semut itu berkata kepada kaumnya,
‘Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak
diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!”
Para pendeta Yahudi itu meneruskan
pertanyaannya, “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang
berjalan diatas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun diantara makhluk-makhluk
itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!”
Ali bin Abi Thalib menjawab, “Lima makhluk itu
ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba
Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular).”
Dua diantara tiga orang pendeta Yahudi itu
setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali
r.a. lalu mengatakan, “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah!” namun yang seorang lagi belum mau beriman karena
masih ada satu hal lagi yang ingin ia tanyakan, yaitu pertanyaan seputar kisah
Ashabul Kahfi. hingga akhirnya terjadi tanya jawab antara Ali dan pendeta
tersebut tentang kisah Ashabul Kahfi, dan Ali mampu menjelaskannya dengan
sangat baik. sehingga pada akhirnya pendeta yahudi itu berkata, “Ya
Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun!
Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah
serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu
di kalangan umat ini!”
kisah tersebut memberikan hikmah kepada kita
akan pentingnya ilmu pengetahuan terlebih bagi mereka yang mengaku dirinya
seorang dai. kita lihat bagaimana pendeta yahudi yang terpukau dengan keluasan
pengetahuan yang dimiliki oleh Ali bin Abi Thalib sehingga membuat mereka yakin
untuk memeluk agama islam.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(al-Mujaadilah:
11)